Saturday, April 14, 2018

Old Reflection And Afterthought - Look Yourself !


Aku menemukan tulisanku ini setelah vakum menulis hampir 15 tahun. Dibuang sayang. Karena masih juga benar apa yang kutuliskan waktu itu. Biarlah kuletakkan di sini sebagai caraku memulai lagi pekerjaan dan kesukaanku ini.
 
Samarinda, 13 Agustus 2005

Dua hari yang lalu aku menulis Doa Metta di kertas folio untuk kutempel di meja kantor. Cuma tulisan polos begitu. Setelah kucetak kertasnya kulukis dengan tanganku sendiri. Aku tak punya rencana untuk melukis apa. Aku hanya melukis. Dan hasilnya mengejutkanku. Yang kulukis adalah bunga kecil-kecil, banyak, pengulangan garis lurus, garis lengkung, segitiga, lingkaran kecil dan besar. Sambil melukis aku ingat goresan-goresan yang kubuat mirip dengan lukisan-lukisan etnik dari berbagai suku, etnis di dunia.

Aku bertanya dalam hati, mengapa lukisanku seperti itu. Apakah itu sejalan dengan perubahan pola pikirku. Sesuai perjalanan usiaku dan pengalaman hidupku?.

Aku mengenang kembali masa mudaku. Dulu, when I was younger, aku suka lukisan abstrak. Bagiku saat itu lukisan abstrak itu penuh keindahan yang tak terkatakan. Tapi kini aku memahami lukisan abstrak itu sebagai pencarian jati diri. Waktu itu aku masih muda, tidak mengenal hidup dan kehidupan, tidak tahu akan melangkah kemana, tidak tahu apa yang dicari, apa yang diinginkan. Singkatnya aku tidak tahu apa-apa, semua kabur dan samar-samar.

When I grow old, aku mulai melukis hal yang lebih jelas, lukisanku punya bentuk. Well I’m not a painter, aku hanya melukis. Lukisan orang amatir, lukisan orang yang tidak bisa melukis. Tapi aku tahu apa yang ingin kulukis. Aku memahaminya sebagai – aku sudah mulai memahami apa yang kucari, aku mulai mengerti arti hidup ini, aku mulai paham kehidupan, mulai menikmati.
Still, saat ini di usiaku yang menginjak 34 tahun, aku melukis pengulangan-pengulangan, garis-garis sederhana yang dilukis berulangkali membentuk pola yang indah, tenang, damai.

Saat itu aku sadar bahwa ini adalah juga salah satu fase dalam hidupku. Mungkin saat ini aku sudah menyadari bahwa hidup ini adalah pengulangan-pengulangan saja dari pengalaman-pengalaman kita sebelumnya - selama kita belum memahami inti, pelajaran hidup itu. Aku memahami bahwasanya pola-pola etnis yang kukagumi itu adalah kristalisasi dari pengalaman hidup, penghayatan, pencerahan luar biasa dari pelukis-pelukisnya, nenek moyang segala bangsa. 

Aku teringat dengan lukisan-lukisan cina kuno yang biasanya disertai puisi untuk menerangkan makna lukisan itu. Aku langsung merasa haru, kagum yang luar biasa atas pencapaian para pelukis atau penyair atau apalah namanya – mereka itu. Kalau mereka pelukis mereka bukanlah sekedar pelukis, kalau mereka penyair mereka bukan sekedar penyair, mereka para bijak jaman dahulu yang menuangkan pengalaman hidup, pemahaman dan pendalamannya pada kehidupan dan menuangkannya ke dalam lukisan, puisi, lagu dan segala macam karya seni. Aku terharu dan merasa tercerahkan saat itu juga. 

Apa yang dapat kusimpulkan adalah bahwa apapun itu, apaun hasil karya yang dihasilkan seseorang – tidak hanya lukisan – itu mencerminkan dirinya, mencerminkan emosinya, pemahamannya. Dengan mengapresiasi karya seni kita bisa belajar membaca apa yang dialami oleh pembuatnya. Membaca untuk mengambil pelajaran dari sana.

No comments: