Thursday, July 30, 2009

Hamba vs Kekasih

Ini cuma sekelebat percakapan yang terjadi di kepalaku pagi ini.

Sore kemarin aku membaca kalimat 'hamba Allah' di TV pada ...line. Aku bahkan sudah lupa kalimat persisnya seperti apa. Berita tentang apa. Oh ya, mungkin berita tentang siapa yang mengakui telah membom hotel JW Marriott dan Rizt Carlton 17 Juli 2009 yang lalu. Aku tidak akan membahas isi beritanya atau apa yang tertulis pada ....line itu. Hanya kalimat 'hamba Allah' itu saja.

Aku berpikir, pantas saja para pembom itu bisa tersesat begitu, karena mereka menyatakan diri hamba Allah sih... Taukan hamba? Hamba itu abdi, pembantu, pelayan. Hubungannya terbatas hanya untuk mengabdi, memberi pelayanan, no question, no complain. Hanya menjalankan perintah tanpa berpikir, tanpa apa-apa. Ikut saja. Begitulah kalau seorang hamba(ditambah dengan sedikit blunder penjelasan dari pemimpinnya maka membom itupun jadi halal dan perintah Allah juga).

Beda dengan seorang pencinta, kekasih. Seandainya lebih banyak yang menyebut diri sebagai kekasih Allah, pencinta Allah, seperti para sufi selalu bernyanyi, akankah masih ada orang-orang yang bertindak membabi buta melakukan pembunuhan seperti bom-bom semacam itu? Tidak,.....pasti tidak.

Bagaimana mungkin kita bisa menyakiti yang kita kasihi, yang kita cintai. Tetapi kita bisa menyakiti majikan, tuan kita. Kekasih? Tidak.

Kita tidak akan menyakiti seorang kekasih, sungguh-sungguh kekasih. Kita bahkan rela berkorban apa saja, rela menderita untuk kebahagiaan sang kekasih.

Apakah berhenti menggunakan kata 'hamba Allah' dan menggantinya menjadi 'kekasih Allah' akan dapat merubah keadaan juga?

Entahlah. Coba saja.