Friday, December 28, 2007

Use Your Brain...Use Your Brain!

Koran Kaltim Post kemarin halaman pertama: hujan lebat rendam pulau Jawa. Karanganyar, Solo, Wonogiri, Trenggalek, Madiun dan Blitar. Tanah longsor akibat hujan lebat terus menerus menjadi bencana ikutannya.

Akibat global warming? You bet!
But do you know what I read on the next page of the same newspaper :MUI Nunukan desak perda tempat maksiat. Juga meminta perda untuk mengatur penarikan zakat dan pengawasan orang yang tidak berpuasa (wua hah..ahahaha..) yang katanya berlaku khusus untuk umat Islam. Pengaturan tempat penampungan TKI agar tidak bercampur pria dan wanita. Peningkatan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama di masyarakat terutama pelajar dengan cara .......betul sekali! Mari kita tambah jam pelajaran agama di semua jenjang pendidikan. Plok..plok...plok.....plok.....hebat!

Read all of those lines,I don't know what to say.Speechless. Like we're living on another planet.

Knock..knock... wake up men!
We are dying and you talk about morality and other religion rules measured by YOU!
Give me a break!

Siapa sih orang-orang ini? Sadarkah mereka apa yang sedang mengancam semua umat manusia di muka bumi?

Sebagian kecil orang telah sadar, sebagian kecil lainnya lagi baru sadar apa itu global warming -pemanasan global-.

Sebagian besar orang lainnya belum tahu, tidak tahu, bahkan ada yang tidak peduli. Celakanya bagian yang besar ini bukannya mendapat penjelaskan bagaimana manusia dan alam terhubung dalam suatu lingkaran, biasanya malah dijejali infomasi bahwa semua bencana itu adalah UJIAN dari Tuhan. Cobaan. Tes kesabaran.

Tidak ada penjelasan bahwa alam dan manusia mempunyai hubungan sangat erat. Bahwa manusia sangat tergantung pada alam. Bahwa aksi pengrusakan alam oleh manusia mengakibatkan reaksi alam untuk menyeimbangkan keadaan. Aksi buruk manusia membuat alam tidak seimbang, jadi reaksi alam yang manusia terima buruk pula dalam usaha membuat alam kembali seimbang.

Masalah siapa yang membuat kerusakan adalah masalah lain lagi. Katakanlah keserakahan barat telah membuat nasib seluruh umat manusia terancam, tingkat konsumsi barat yang tinggi telah memperburuk keadaan bumi dari masa ke masa, lalu apa? Menyalahkan barat? Menyuruh barat bertanggung jawab?

Begitulah seharusnya. Tetapi itu tidak mengubah keadaan bahwa kita semua harus menanggung akibatnya. Bahwa ada yang harus kita lakukan untuk mengatasi akibat buruk ini dan mengusahakan keselamatan seluruh umat manusia dengan tidak menambah kerusakan baru di muka bumi.

Prioritas utama kita sekarang adalah meningkatkan kesadaran setiap manusia untuk lebih bertanggung jawab pada dirinya, pada alam sekitarnya. Tidak usah berusaha untuk bertanggung jawab pada seluruh dunia, cukup diri sendiri dan alam sekitarnya. Itu sudah cukup untuk membuat perubahan.

Tidak usah dipusingkan masalah moral, masalah pencampuran pria wanita, masalah tempat maksiat. Kalau pulau-pulau di Indonesia tenggelam karena peningkatan tinggi permukaan air laut, siapa yang bisa buka tempat maksiat, siapa yang masih perlu tempat maksiat, siapa yang bisa berzakat saat tak ada lagi tempat untuk berusaha, mencari makan, mencari hidup. Use your brain! Use your brain!

Belajarlah bertanggung jawab. Itu cukup untuk menjawab seluruh masalah moral, etika dan budi pekerti. Semua masalah yang ingin dibuat perda seperti yang ditulis di atas itu berawal dari tindakan-tindakan pribadi-pribadi yang tidak bertanggung jawab.

Jadi penyelesaian masalahnya hanyalah: jadilah orang yang bertanggung jawab. Jangan terbiasa melemparkan kesalahan pada orang lain, atau yang lebih buruk menjadikan Tuhan sebagai kambing hitam.

Daripada meributkan perda-perda yang ujung-ujungnya untuk pemenuhan kebutuhan akan kekuasaan, lebih baik melakukan tindakan nyata, misalnya membuat hijau tanah pekarangan dengan menanami pohon, tidak menutup habis lahan yang dimiliki untuk menambah luas rumah.

Mengelola sampah, mengurangi pemakaian AC, pemakaian kresek, tissue, pemborosan kertas. Menghemat air. Mengurangi pemakaian deterjen. Belajar, mencari tahu bagaimana mengolah air laut yang asin agar layak minum dan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.

God! Banyak yang dapat kita lakukan sebelum kita sendiri yang mendapat amukan bencana. Sampai saat ini Kalimantan umumnya tidak mendapat musibah sebanyak penduduk di P Jawa. Mungkin karena relatif di Kalimantan masih lebih banyak hutan (kita mau bertahan sampai kapan? sementara tidak ada orang MUI yang juga berdiri di barisan Green Revolution, meskipun mereka memakai warna hijau untuk keperluan apa saja. Mereka bilang itu mah bukan urusan agama. Pathetic!).

Sudahkah aku memberi solusi. Sudahkah? Karena tidak ada gunanya mengeluh. Kita harus bertindak sekarang. Tindakan kecil pun berarti banyak.

Saturday, December 15, 2007

Tebar Qurban?

'Tebar Qurban 2007 bla...bla..bla....' begitulah bunyi tulisan di salah satu spanduk yang terpampang di pertigaan jalan Kemakmuran, jalan Pelita dan jalan ........... di kotaku. Spanduk dengan latar warna hijau dan tulisan hitam, berkibar gagah di seberang mesjid yang cukup besar di pojok jalan itu. Ya...ya...ya.... tanggal 20 Desember ini adalah hari Idul Adha. Hari raya Qurban, sebagian orang menyebutnya dan menurutku juga tidak salah. Betul-betul banyak yang di-qurban-kan pada hari itu, dan yang melakukannya ria bahagia. (Aku menangis dalam hati membaca spanduk itu, bayangkan : Tebar Qurban?).

Dalam pemahamanku kini aku sungguh tidak ingin lagi berqurban hewan seperti itu bahkan atas nama Tuhan. Aku sungguh hanya kasihan pada hewan-hewan yang diqurbankan, sementara manusianya sendiri tidak ada mengalami perubahan. Hanya menjadi semakin keras, kaku, alot. Bagaimana tidak? Setiap tahun paling tidak sekali menyaksikan 'penjagalan suci' seperti ini yang apapun nama pembungkusnya tetaplah pembunuhan. Itu belum dihitung dengan penjagalan setiap hari yang terjadi di setiap pasar, atau setiap rumah makan, restoran. Setiap rumah tangga. Dalam upaya manusia memenuhi kebutuhan naluriahnya - m a k a n! -. Manusia telah terlalu banyak membunuh.

Tapi dia hanya membunuh yang di luar dirinya. Dia lupa membunuh dirinya. Sehingga manusia dari masa ke masa semakin sombong, angkuh, arogan, beku, dan mati rasa. Seandainya qurban di sini dimaknai sebagai pembunuhan nafsu hewan dalam dirinya, maka manusia akan menjadi lebih baik, dari masa ke masa.

Nafsu hewan yang bagaimana?

Kejam, serakah, licik, tidak mau berbagi, hanya memikirkan perut dan kelamin, hei..hei..hei... bahkan setiap jenis hewan hanya memiliki satu sifat yang buruk saja. Misalnya serigala terkenal licik, babi kalau kawin lama, tikus suka mengorek-ngorek yang kotor, harimau kejam (kelihatannya) memangsa hewan lainnya dst dst. Dan hewan hanya kawin pada musimnya saja.
Manusia ? - dalam diri satu manusia segala macam sifat buruk tadi bisa ada. Kawin kapan saja, bisa dengan siapa saja, tak puas bila hanya satu saja, serakah, tamak, curang, loba, licik, kejam, sadis dll dll. Itulah hasil perkembangan evolusi manusia yang sangat menakjubkan, saudara-saudara. Padahal jika kita mempelajari perilaku hewan lebih jauh, kita akan menemukan bahwa mereka adalah makhluk beradab dan tunduk pada kehendak alam. Mereka sangat selaras dengan alam. Tak mampu merusak. Hanya bertindak sesuai garis yang ditentukan baginya. Sesungguhnya manusia kini lebih binatang daripada binatang.

Lalu ada yang marah padaku.

'Kau tidak paham', katanya, 'dengan ajaran agama'.
'Aku memang tidak paham', kataku. 'Karena ajaran itu tidak lagi bisa kuterima'.
Seharusnya diri manusia bertumbuh, berkembang dari masa ke masa. Ada aku membaca, evolusi fisik pada diri manusia mungkin sudah mencapai puncaknya. Kini energi yang ada seharusnya digunakan untuk evolusi bathinnya. Seharusnya.

Jadi jika kau bersikeras menterjemahkan agamamu secara lahiriah bahwa qurban adalah jagal hewan. Demikianlah pemahamanmu.

Aku memahaminya seperti yang kupahami. Dan inilah pemahamanku. Jagal-lah hewan yang bersemayam di dalam dirimu, dalam pikiranmu, dalam ucapanmu, dalam tindak-tandukmu!


Semoga semua makhluk berbahagia
Damailah diriku
Damai di bumi, damai di langit, damai di alam semesta