Saturday, December 15, 2007

Tebar Qurban?

'Tebar Qurban 2007 bla...bla..bla....' begitulah bunyi tulisan di salah satu spanduk yang terpampang di pertigaan jalan Kemakmuran, jalan Pelita dan jalan ........... di kotaku. Spanduk dengan latar warna hijau dan tulisan hitam, berkibar gagah di seberang mesjid yang cukup besar di pojok jalan itu. Ya...ya...ya.... tanggal 20 Desember ini adalah hari Idul Adha. Hari raya Qurban, sebagian orang menyebutnya dan menurutku juga tidak salah. Betul-betul banyak yang di-qurban-kan pada hari itu, dan yang melakukannya ria bahagia. (Aku menangis dalam hati membaca spanduk itu, bayangkan : Tebar Qurban?).

Dalam pemahamanku kini aku sungguh tidak ingin lagi berqurban hewan seperti itu bahkan atas nama Tuhan. Aku sungguh hanya kasihan pada hewan-hewan yang diqurbankan, sementara manusianya sendiri tidak ada mengalami perubahan. Hanya menjadi semakin keras, kaku, alot. Bagaimana tidak? Setiap tahun paling tidak sekali menyaksikan 'penjagalan suci' seperti ini yang apapun nama pembungkusnya tetaplah pembunuhan. Itu belum dihitung dengan penjagalan setiap hari yang terjadi di setiap pasar, atau setiap rumah makan, restoran. Setiap rumah tangga. Dalam upaya manusia memenuhi kebutuhan naluriahnya - m a k a n! -. Manusia telah terlalu banyak membunuh.

Tapi dia hanya membunuh yang di luar dirinya. Dia lupa membunuh dirinya. Sehingga manusia dari masa ke masa semakin sombong, angkuh, arogan, beku, dan mati rasa. Seandainya qurban di sini dimaknai sebagai pembunuhan nafsu hewan dalam dirinya, maka manusia akan menjadi lebih baik, dari masa ke masa.

Nafsu hewan yang bagaimana?

Kejam, serakah, licik, tidak mau berbagi, hanya memikirkan perut dan kelamin, hei..hei..hei... bahkan setiap jenis hewan hanya memiliki satu sifat yang buruk saja. Misalnya serigala terkenal licik, babi kalau kawin lama, tikus suka mengorek-ngorek yang kotor, harimau kejam (kelihatannya) memangsa hewan lainnya dst dst. Dan hewan hanya kawin pada musimnya saja.
Manusia ? - dalam diri satu manusia segala macam sifat buruk tadi bisa ada. Kawin kapan saja, bisa dengan siapa saja, tak puas bila hanya satu saja, serakah, tamak, curang, loba, licik, kejam, sadis dll dll. Itulah hasil perkembangan evolusi manusia yang sangat menakjubkan, saudara-saudara. Padahal jika kita mempelajari perilaku hewan lebih jauh, kita akan menemukan bahwa mereka adalah makhluk beradab dan tunduk pada kehendak alam. Mereka sangat selaras dengan alam. Tak mampu merusak. Hanya bertindak sesuai garis yang ditentukan baginya. Sesungguhnya manusia kini lebih binatang daripada binatang.

Lalu ada yang marah padaku.

'Kau tidak paham', katanya, 'dengan ajaran agama'.
'Aku memang tidak paham', kataku. 'Karena ajaran itu tidak lagi bisa kuterima'.
Seharusnya diri manusia bertumbuh, berkembang dari masa ke masa. Ada aku membaca, evolusi fisik pada diri manusia mungkin sudah mencapai puncaknya. Kini energi yang ada seharusnya digunakan untuk evolusi bathinnya. Seharusnya.

Jadi jika kau bersikeras menterjemahkan agamamu secara lahiriah bahwa qurban adalah jagal hewan. Demikianlah pemahamanmu.

Aku memahaminya seperti yang kupahami. Dan inilah pemahamanku. Jagal-lah hewan yang bersemayam di dalam dirimu, dalam pikiranmu, dalam ucapanmu, dalam tindak-tandukmu!


Semoga semua makhluk berbahagia
Damailah diriku
Damai di bumi, damai di langit, damai di alam semesta

No comments: