Tuesday, December 02, 2008

Caleg...caleg.....

Ih... aku lagi sebel sama caleg-caleg yang bakal maju pemilu April 2009 mendatang. Bukannya apa-apa. Aku kebetulan kenal satu dua orang dari mereka, lantas mereka membawa lagi satu dua orang temannya lagi, jadi begitulah tambah lama tambah banyak dan tambah bingung aku melihatnya.

Ceritanya aku punya toko, teman dekatku punya usaha design kartu nama, stiker, sablon spanduk etc dan numpang tempat sama aku. That's fine. Aku juga yang nyuruh dia mangkal di situ. Aku senang sampe sini. Kemudian temanku yang lain lagi ternyata mengajukan diri sebagai caleg dan pesan kartu nama, stiker, pamflet etc sama teman dekatku tadi. Senang dong....? Iya. Aku senang teman dekatku dapat orderan, teman dekatku senang karena dapet kerjaan. Jadi bagian nggak senangnya dimana?

Di sini nih.... temanku yang order tadi, entah merasa teman entah gimana kalo lagi pesan kartu nama tu ditungguin.... sambil minta ini itu, rubah design begini begitu (walaupun hasilnya malah jadi rada 'ajaib' menurutku)sambil bawa teman-temannya, lantas menghabiskan waktu berjam-jam ngobrol ngalor ngidul ndak keruan (menurut mereka sih keruan). Kadang malah sampai tutup toko. Nah aku yang nota bene empunya toko malah sering mau duduk aja nggak bisa di tokoku sendiri. Coba bayangkan! Kesel nggak?

Eh .... temenku caleg ini tadinya nggak gitu lho... atau aku aja yang nggak terlalu kenal kali ye...Hanya saja jeleknya aku jadi mengambil kesimpulan buruk. Apakah para caleg yang nota bene para pemain politik (politikus) ini emang pada nggak punya etika ya? Atau karena situasi hari-hari yang mereka hadapi bahkan pada masa-masa kampanye seperti sekarang ini yang membuat mereka nggak punya etika (lagi)?.

Aku nggak tahu. Tapi kadang-kadang kalo sudah ngeliat tokoku dipenuhi manusia-manusia politik ini bawaanku mau marah aja...!

Lebih nggak asik lagi, sekali-kalinya ku ajak mereka berpikir misalnya gimana nih caranya kita mendokumentasikan kebudayaan asli seperti budaya tutur Dayak yang hampir punah tergerus modernisasi dan agamisasi (wuah... bahasa mana ini?)--karena banyak dari mereka para caleg itu yang putra Dayak... eh jawabannya sama sekali nggak praktis, di awang2 yang entah bagaimana urutan pengerjaannya seandainya juga dikerjakan, nggak tahu, nggak jelas, sampai di mulut doang. Tidak ada yang tergerak. Lha kalo caleg-calegnya begini...gimana dong?

Belum lagi kalau kita lihat spanduk-spanduk kampanye para caleg yang seperti iklan konser artis itu, wajah caleg yang muda-muda, kinyis-kinyis baru tamat sekolah apa ya ngerti dunia? atau yang wajahnya udah wajah kolusi duluan? (Halah.... aku kan juga cuman omong doang...!)

Kesimpulannya setelah suka maupun tidak suka aku terpaksa konek dengan para caleg-caleg ini aku bisa bilang aku tambah nggak suka dengan politik. Penuh intrik, basa basi busuk. Omong doang. Ah sudahlah... tempatku bukan di situ. Tapi memang harus ada orang-orang seperti mereka, yang tahan omong doang. Cuma sialnya sekarang ini orang yang seperti itu KEBANYAKAN!

Tapi aku yakin, neraca keseimbangan akan bergeser lagi mencapai posisi setimbangnya, jadi yah.... wait, patient, wait....wait....wait..... if it's still the same.... then take an action!