Friday, September 02, 2005

Kampanye Yang Berestetika

Masih tentang Pilkada Samarinda. Kalau saya tidak salah akan diselenggarakan tanggal 19 September nanti. Dan mulai hari ini (1/9) saya mulai melihat lagi iklan calon-calon pimpinan daerah ini dimana-mana. Kampanye….. Tapi ada satu yang tidak menyenangkan di sini. Pemasangan baliho dan spanduk iklan itu sembarangan sekali. Mungkin pikir yang memasang, itu toh cuma dipasang sebentar, nanti dicabut lagi. Tapi bukan itukan masalahnya?

Masalahnya adalah, selama beberapa waktu pengguna jalan akan terganggu dengan kehadiran papan iklan yang bertaburan di sepanjang jalan seperti itu. Celakanya malah banyak papan iklan yang menutupi pandangan pengendara sepeda motor dan mobil ke arah rambu-rambu serta lampu lalu lintas. Selain berbahaya, kelihatan tidak estetis kan? Tidak indah kan?

Kejadian ini tidak cuma sekali ini saja. Pada masa pemilihan presiden dulu juga ada pemandangan pemasangan iklan yang menghalangi rambu-rambu lalu lintas seperti ini. Sekarang terulang lagi. Mudah-mudahan kelak tidak lagi. Itu masalah tempat memasang. Ada lagi masalah cara memasang yang nantinya setelah dilepas akan menimbulkan kotoran, bekas yang sulit hilang. Jadilah tiang lampu jalan yang tadinya bersih bercat jadi penuh bekas tempelan kertas kampanye. Dinding bangunan orang yang kelihatan kosong asal terlihat dari jalan tak luput jadi korban. Apakah setelah masa kampanye selesai para peserta kampanye bertanggung jawab membereskan kekacauan itu sampai sekecil-kecilnya sehingga keadaannya kembali seperti semula? Mengingat pengalaman yang lalu, sepertinya tidak.

Hal ini membuat saya berpikir dan bertanya-tanya, kenapa kita tidak pernah peduli pada kenyamanan orang lain? Hanya memikirkan tujuan diri sendiri. Kalau tujuannya sudah tercapai, ya sudah. Orang lain, ora urus!

Gambaran kecil mencerminkan gambaran besar. Hal sepele ini bagi saya mencerminkan kondisi masyarakat kita. Dan menurut saya sekali lagi itu berbahaya. Kita tidak punya kepedulian. Caring and loving. Tidak hanya kepada orang lain --manusia, tapi juga kepada alam –hewan, tumbuhan bahkan yang dikatakan benda mati seperti lampu di jalan, trotoar, tempat sampah, jalan raya itu sendiri, batu, gunung, sungai, ya semua di sekitar kita. Mengapa kita tidak bisa mencintai segala sesuatu di sekitar kita? Jawabnya karena kita tidak mencintai diri kita sendiri.

Anda mungkin bingung mengapa saya berkata demikian. Saya juga bingung –enngg, bagaimana menjelaskannya pada anda. Tapi saya akan coba jelaskan. Begini.

Pada saat kita dapat mencintai diri kita sendiri kita akan berlaku baik pada diri kita. Saat kita berlaku baik pada diri kita tanpa sadar kita menumbuhkan kesadaran akan keadaan diri kita senyatanya, apa adanya, tidak kurang juga tidak lebih. Kita akan menghargai diri kita sebagai manusia, kemudian selanjutnya kita akan mudah menghargai sesama. Saat kita dapat menghargai sesama, penghargaan kita akan menyebar ke alam sekitar kita. Mulanya hanya pada yang bernyawa. Tak lama kemudian kesadaran kita tumbuh lagi, meluas ke keseluruhan alam baik yang bernyawa maupun tidak. Yang tak bernyawapun kita perhatikan, kita pedulikan. We care, we do care.

Jadi cinta itu tumbuh dari dalam diri. Menyebar ke luar.

Mari kita ambil perupamaan, kita ibaratkan cinta, perhatian, dan kepedulian adalah mata uang. Jika kita hanya punya mata uang cinta, mata uang perhatian, mata uang peduli, maka mata uang itu juga yang akan kita gunakan. Mata uang itu juga yang akan kita berikan kepada siapa saja. Karena hanya itu yang ada di kantong kita. Tapi kalau yang kita miliki mata uang benci, mata uang masa bodoh dan mata uang tidak peduli, maka mata uang itu juga yang kita gunakan. Karena hanya itu yang kita punya. Jadilah yang kita berikan selalu mata uang tidak peduli, mata uang masa bodoh dan mata uang benci. Tapi kita bisa mengganti mata uang kita itu, kalau kita mau. Yang kita perlukan hanyalah kesadaran, sadar mata uang apa yang kita miliki, kemudian ganti dengan yang terbaik!

Sepertinya tulisan saya absurd sekali bagi sebagian orang. Mungkin ada di antara anda yang berpikir begitu. Tapi begitulah adanya.

Lalu kembali ke masalah iklan kampanye tadi. Itulah semua yang ingin saya sampaikan. Cobalah kita peduli pada lingkungan kita. Jadikan apapun kegiatan yang kita lakukan, sesederhana apapun seperti hanya memasang iklan, jangan sampai tindakan itu menimbulkan ketidaknyamanan, bagi orang lain dalam hal ini pengguna jalan dan bagi lingkungan, dalam hal ini taman di jalan, tiang lampu jalan, dan pihak ketiga, yang terkena imbas belakangan. Itu lho, mereka yang bertugas menata taman jalan supaya tetap rapi, bersih, tiang lampu jalan tetap utuh dan tidak coreng moreng. Kalau kita menjaga perilaku kita, kita akan meringankan beban mereka, lebih jauh lagi beban pemerintah daerah. Sayang kan, kalau PAD yang tidak terlalu besar itu habis hanya untuk memelihara sesuatu yang sebenarnya tidak perlu jika kita cukup bertanggung jawab dan menghargai segala sesuatu yang ada di lingkungan kita.

No comments: