Thursday, August 18, 2005

Tanggung Jawab

Akhir-akhir ini kembali marak berita masalah makanan yang diberi formalin sebagai pengawet. Sebelum ini, mungkin 6 – 7 tahun yang lalu yang diberi pengawet formalin ini adalah bakso. Sekarang tahu dan ikan. Bayangkan !

Berita yang lain adalah adanya praktek penjualan obat bekas. Bekas dalam arti sisa obat yang tidak terpakai padahal si pasien sebelumnya sudah menebus obat itu dalam jumlah cukup banyak. Sisa obat semacam itu biasanya dibuang, setelah dibuang dipungut oleh pemulung, kemudian oleh pemulung dijual (ternyata ada penadahnya). Kemudian terakhir obat itu dijual kembali kepada masyarakat, bahkan dengan harga yang sama dengan obat baru. Yang lebih membuat merinding adalah beberapa dari obat ‘daur ulang’ itu ada yang sudah kadaluarsa – pun tetap dijual setelah “dipermak” tanggal kadaluarsanya.

Sebelum ini ada juga masalah jamu yang diberi zat additif sehingga memberi efek penyembuhan yang luar biasa pada peminumnya – untuk jangka pendek. Bagaimana untuk jangka panjang? Entahlah, itu sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu, entah bagaimana penyelesaiannya. Yang kita tahu adalah sekarang sudah aman, badan yang terkait sudah melakukan penarikan produk yang bermasalah, melakukan pemeriksaan, test dan sebagainya pada produk baru. Hasilnya, kini jamu yang beredar sudah aman.

Tetapi dari apa yang terjadi ini seyogyanya kita bertanya-tanya ‘ada apa dengan masyarakat kita?’ Sedemikian parahnyakah penyakit sosial di dalam masyarakat – di antara kita sehingga kita sama sekali tidak punya kepedulian pada yang lain. Untuk keuntungan sesaat kita berlomba-lomba mencari keuntungan dengan cara apapun! Pokoknya menghalalkan segala cara, tidak peduli tentang kesehatan, tidak peduli dampak apa yang bisa terjadi kemudian, tidak peduli tentang aturan, yang penting dapat untung.

Saya akan menyimpulkan segala kejadian di atas dalam satu kalimat saja. Kita tidak bertanggung jawab. Kita tidak bertangung jawab pada orang lain, pada lingkungan kita bahkan kita tidak bertanggung jawab pada diri kita sendiri. Melihat begitu banyak kejadian, begitu banyak upaya mencoba, satu gagal - ketahuan, coba lagi yang lain, gagal yang ini, coba lagi yang lain. Artinya kita tidak jera. Mengapa tidak jera ? kita tidak bertanggung jawab. Mengapa kita tidak bertanggung jawab?

Nah, sampai disini akan panjang jawabannya. Ada yang memandang dari sisi ekonomi, ada dari sisi sosial, budaya. Ada banyak orang pintar di negeri ini yang dapat merumuskannya. Akan memakan berlembar-lembar hasil pembahasan, tulisan, uraian, diskusi dan sebagainya sampai kita tidak tahu lagi, kita lupa apa pokok permasalahannya.

Dan saya disini tidak untuk membahas itu.Saya hanya akan membahasnya dari sudut pandang saya. Seorang rakyat biasa dengan pikiran yang sederhana.

Kita tidak bertanggung jawab karena kita tidak pernah diajar untuk bertanggung jawab. Beberapa contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari : orang tua umumnya masih merasa bertanggung jawab terhadap anaknya bahkan saat si anak sudah menginjak usia dewasa, sudah bekerja bahkan kadang-kadang sudah menikah. Kita dapat dengan mudah menyalahkan sistem, peralatan atau lingkungan yang buruk untuk menghindarkan tanggung jawab apabila kita melakukan kesalahan. Kita bahkan sering berdalih dengan kalimat “tergoda syetan” untuk membenarkan tindakan salah yang telah kita lakukan. Kita tidak pernah diajar untuk berkata,”Ya ini kesalahan saya, saya bertanggung jawab atasnya dan saya akan memperbaiki kesalahan itu” dan kita tidak pernah diajar juga untuk menepati apa yang kita katakan. Betul-betul menepati apa yang kita katakan. Say what you mean and mean what you say, kata orang sono.

Tapi kita juga bisa jadi orang sini dan mengatakan hal yang sama. Katakan apa yang sesungguhnya kau maksudkan dan sungguh-sungguhlah dengan apa yang kau katakan.
Yang kita perlukan cuma satu – oh, dua. Hati dan pikiran yang terbuka serta kemauan kuat untuk berubah menjadi lebih baik. Saya ingin berubah menjadi lebih baik, lebih bertanggung jawab. Dan saya mengajak Anda semua untuk ikut bersama saya. Bayangkan bila tiap dari kita melakukannya maka kita akan dapat mengubah wajah lingkungan kita menjadi lebih indah dan menyenangkan.

No comments: