Wednesday, April 09, 2008

Antara Fitna dan YouTube

Geertz Wilders seorang anggota parlemen Belanda membuat film pendek berjudul Fitna. Pertama ditayangkan oleh liveleak.com. Dalam waktu singkat telah membuat kegemparan dunia Islam di seluruh dunia. Terutama Indonesia, kali ye….yang katanya mempunyai penduduk dengan jumlah muslim terbanyak di dunia.

Film itu sempat saya tonton separoseparonya lagi nggak ditonton karena sudah nggak minat. Bukan karena muak dengan isinya, tapi karena udah tahu isinya. Ya begitulah Islam di mata umumnya orang non Islam. Berdarah-darah, egois, haus kekuasaan. Jauh…jauh dari arti kata Islam yang sebenarnya.

Kalau mau nonton filmnya, mungkin sudah nggak bisa karena sudah di ban dari internet (meskipun technically, internet tidak bisa di ban bo! Akan ada saja orang yang bisa nonton dan share ke orang lain). Tapi kalau mau tahu ceritanya boleh tengok ke alamat blog http://www.sorayacity.blogspot.com. Disana dituliskan rinci isi film itu.

Sekali lagi, adakah yang luar biasa? Tidak ada. Banyak anak negeri ini yang mengeluarkan statement yang mirip-mirip dengan isi film itu dengan dampak yang tidak kalah berbahayanya . Tapi aman-aman saja.

Bahkan Abu Bakar Baasyir jelas-jelas mengeluarkan statement semodel itu dalam Sarasehan bertajuk Kepemimpinan Umat, di Aula Buya Hamka, Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Jum’at(16/11/07).

“Orang Islam haram hidup di negeri kafir, itu tidak boleh. Orang Islam harus menjadi warga negara di negara Islam, itulah ketetapan dan perintah Allah, ”ujarnya. (Ini bagian dari Islam masa kini yang haus kekuasaan dan egois)

Kalimat yang lain oleh pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Solo itu:

“….Tidak boleh sendiri-sendiri. Kalau belum internasional namanya daulah, tapi kalau sudah internasional namanya Khilafah. Jadi berdasarkan ayat ini, hidupnya umat Islam haram kalau tidak di bawah kepemimpinan Ulil Amri, Daulah Islam itu bukan sunnah tapi wajib, keterangan saya ini yang ditakuti oleh Yahudi…... ”

(dalam keterangan sumber bacaan saya Baasyir berseloroh, bagi saya ini bukan seloroh tapi kalimat bersayap yang mengancam integrasi bangsa dan penafsiran dangkal dari ayat yang bersifat konstektual, yah persis sama seperti isi film Fitna itulah, comot ayat sana sini untuk pembenaran tindakan anarki dan pemenuhan nafsu berkuasa).

Sehingga dalam kaitan ini jika dihubungkan dengan Indonesia yang mayoritas muslim, Baasyir menyarankan agar sistem negara Indonesia dirubah menjadi negara Islam. Nah lo ketahuan kan maksudnya!

Menanggapi film Fitna, SBY berang dan langsung membuat pernyataan. Tapi atas pernyataan Baasyir beliau adem ayem aja. Sayang sekali, pengecut!

Din Syamsuddin Sekretaris Umum MUI dan juga ketua Umum PP Muhammadiyah bersama dengan Hidayat Nur Wahid Ketua MPR RI dan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Nikolaos van Dam mengadakan dialog soal film Fitna dengan ormas-ormas Islam dan duta besar dari negara-negara Islam untuk Indonesia di Kantor PP Muhammadiyah, Senin (7/4/08). Karena menurut apa yang disampaikan Din Syamsuddin, langkah yang dilakukan Wilders (membuat film Fitna itu) sudah merugikan pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Belanda serta membahayakan bagi perdamaian dunia Islam dan Barat. Tapi tidak ada komentar atas pernyataan Baasyir di atas.

Thus, tidak ada juga penjelasan kembali tentang isi film Fitna itu. Menyampaikan pada khalayak bahwa Islam itu agama yang sejuk, yang toleran, yang damai. Bahwa Islam tidak diajarkan dengan cara seperti dalam film itu. Tidak ada. Yang diungkit hanya bahwa Fitna telah menyinggung umat Islam. (Ha… tersinggung lagi kan? Tapi tidak berkaca kenapa orang luar sampai melihat Islam seperti itu. Padahal hasil dari apa yang ditampilkan dalam Fitna sudah jelas, itu bom teror sana-sini, fundamentalisme meningkat, fanatisme. Tapi kok masih nggak sadar ya…Mana figur pemimpin Islam yang waras dan sadar dan berani menyampaikan kebenaran sebenar-benarnya, bukan kebenaran yang dipelintir untuk kepentingan sendiri seperti Baasyir? Atau Din sendiri?)

Yang lebih menyedihkan dari kasus Fitna ini, YouTube di ban karena Fitna ada dalam contentnya. Nah!

Ada yang mengumpamakan kasus ini seperti mau membunuh tikus seekor di lumbung padi, tapi lumbungnya dibakar sekalian.

Yang sedih dan gumun dengan kasus YouTube di ban banyak sekali, termasuk saya,-- Pengguna YouTube setia yang sangat banyak merasakan manfaat darinya. Tidak sekedar untuk berekspresi, tapi belajar. Belajar apa saja yang terpikir oleh kita. Melukis, menari, mengecat rumah, yoga, fitness, main skate board, seni melipat kertas, apa saja yang terpikir olehmu. YouTube adalah terobosan besar dalam menyebar informasi, pengetahuan, pendidikan, lintas negara, lintas benua. Waktu dan tempat bukan penghalang.

Tapi sama seperti api, mau dipakai untuk hal berguna seperti memasak, atau untuk membakar rumah sebagai protes karena tuntutannya tidak dipenuhi ya bisa juga. Bukan berarti kita lantas dilarang menggunakan api kan? Logika konyol yang bahkan akan ditertawakan oleh anak SD. Seharusnya apa? Gunakanlah api untuk hal yang berguna secara bijaksana. Itu baru bener!

Tapi itulah yang terjadi.

Sekali lagi kita bisa melihat, bahwa para pemimpin kita, para pemuka agama kita semuanya itu orang ‘dewasa cilik’. Maksudnya yang dewasa cuma fisiknya, tapi tingkat kesadarannya masih seperti anak cilik. Logika yang dipakai ya logika bocah. Yang menderita, rakyat kebanyakan yang waras.

Tidak percaya? Waktu Fitna pertama kali diributkan di media, teman-teman saya yang orang biasa seperti saya, heboh ingin melihatnya. Maka kami cari di internet (waktu itu masih bisa), kami tonton, dan seperti yang sudah saya tulis di atas, kami hanya menonton separuh saja. Separuhnya lagi sudah nggak minat. Teman-teman saya pada ngeloyor pergi sambil berkata,” Kok bisa-bisanya agama diartikan seperti itu. Kasihan orang-orang itu, sudah nggak ngerti agama, sing ngandhani pada ngawure--- yang memberitahu sama nggak ngertinya—jadi bubrah.Wis ora usah ditonton—sudah, ndak usah dilihat--”.

Kalau rakyat biasa bisa mempunyai penilaian seperti itu, kenapa para pemimpin agamanya malah kebakaran jenggot? Umatnya lebih pandai bersikap dewasa dalam melihat suatu keadaan, kejadian, para pemimpinnya hanya sibuk memikirkan kekuasaan, dan sudah dari jaman dahulu kala, agama selalu dipolitisasi untuk meraih kekuasaan.

Jadi apakah Fitna membahayakan bagi perdamaian dunia Islam dan Barat? Hanya bagi mereka yang tidak punya hati nurani dan tidak punya kesadaraan, dan dibiasakan untuk taqlid (mengikut tanpa berpikir).

Bagi sebagian besar orang tidak. Banyak sekali manusia di bumi ini, banyak sekali umat Islam di Indonesia yang masih bisa berpikir jernih, mempunyai hati nurani, berbudaya dan berkesadaran tinggi yang bisa memilah dan memilih apa-apa yang baik dari segala yang diperolehnya. Mereka diam memang, tidak ribut seperti kelompok-kelompok yang sering melakukan tindakan buruk dengan mengatasnamakan umat Islam itu.

Tulisan ini mewakili mereka yang diam itu. Kini mereka tidak diam lagi. Kami rakyat biasa ini mampu berpikir. Kami dewasa. Kami punya kesadaran tinggi. Kami punya hati nurani. Kami tahu yang benar. Dan sekarang kami akan mulai menyampaikan kebenaran itu.

Itulah. Jadi Fitna mau di ban atau tidak. Nggak ngaruh!. Yang memberi pengaruh itu justru keputusan-keputusan konyol yang dihasilkan pemerintah dan pemimpin-pemimpin bangsa ini yang dari hari ke hari hanya tambah menyengsarakan rakyat, menggerogoti kekayaan negara, kekayaan alam. Itu yang ngaruh! Itu yang harus dipikirkan pemecahannya. Itu juga seharusnya yang dibahas, didialogkan oleh para pemuka agama dan pemimpin bangsa itu!

Omong-omong saya masih bisa akses YouTube. Dengan bantuan mereka-mereka yang paham teknologi. Terima kasih pada mereka yang mau membantu membagi pengetahuannya, sehingga proses belajar yang saya lakukan tidak berhenti.

Itulah gunanya teknologi!

Samarinda, 9 April 2008

1 comment:

The Wanderer said...

Aum Swastyastu. Luar biasa... saya sangat terkesan dengan tulisan2 di blog Mbak. Keep it up! Shanti3.