Sunday, August 16, 2009

Teroris sang Selebriti

Tahukan Anda apa yang paling banyak menyita perhatian di layar kaca Indonesia akhir-akhir ini? Tepat sekali! Drama pengepungan, penembakan, penangkapan gembong teroris yang paling di cari Noordin M Top. Tadi pagi seharusnya ada jumpa pers dari pihak Polri apakah benar identitas orang yang tertangkap terakhir di Temanggung adalah Noordin M Top atau bukan. Dan saya termasuk yang tidak sabar menunggu berita itu selengkapnya karena drama penangkapan ini begitu lama dan terus menerus ditayangkan oleh televisi. Selak bosan!

Bukan apa-apa sih. Saya setuju bahwa penangkapan para teroris itu (sebenarnya saya lebih suka menyebut mereka itu penjahat biasa, karena mereka tidak lagi mampu meneror saya saat ini) penting sekali dan harus dilakukan. Tetapi penayangan drama penangkapan terus menerus di televisi itu menimbulkan gangguan.

Saya terganggu karena menunggu proses yang begitu lama. Polisi saya yakin juga terganggu karena mereka jadi harus ekstra hati-hati dalam bertindak. Salah-salah bukan terorisnya tertangkap malah tindakan mereka yang akan dipermasalahkan. Hal-hal yang tidak seharusnya timbul, bisa timbul karena apalagi yang bisa dilakukan reporter TV sementara menunggu untuk membuat berita selain mengorek-ngorek cerita yang ada.

Ditelisik, dikorek, dipertanyakan, sehingga kadang-kadang hal yang prinsip malah dilewatkan. Kita sibuk dengan pernak-pernik pelanggaran kecil. Jadi jangan heran polisi terlihat lambat sekali mengambil keputusan dan tindakan. Lha wong disorot sekian banyak saluran televisi jee.....

Bukan kasus baru kalau polisi yang melakukan kesalahan prosedur malah dibantai habis-habisan oleh media massa. Tapi sikap polisi yang tegas malah jarang disanjung, dianggap biasa saja. Aneh memang media massa kita ini.

Still.....tetap saja drama penangkapan teroris ini saya anggap berlebihan kalau ditayangkan marathon seperti ini. Apalagi kita ini kan masih belajar demokrasi, pers kita masih belajar demokrasi, jadi banyak hal yang mereka kira adalah kemerdekaan karena kita hidup di negara demokrasi justru malah jadi boomerang. Tapi pembelajaran memang perlu biaya. Dan apa yang tengah terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini adalah harga yang harus kita bayar untuk sebuah pemahaman yang utuh tentang apa yang kita sebut demokrasi.

Sebenarnya di Indonesia sekarang ini sih lebih cocok dibilang democrazy daripada demokrasi....

Tulisan ini rada ngelantur...tapi yah sebel saja melihat teroris jadi sama tenarnya bak selebritis...padahal yang mereka lakukan sangat berbeda.

Bagaimanapun saya salut dengan kerja Polri dengan Tim Densus 88-nya. Bravo Polri dan tetaplah punya sikap dan ketegasan dan memberi harga mati untuk NKRI.

Merdeka!

No comments: