Friday, April 10, 2009

Money Politic, Beneran itu!

Pemilu baru saja berakhir(9 April 2009) kemarin. Hasilnya belum diketahui pasti sampai hari ini. Yang pasti hasilnya tidak mencerminkan keadaan senyatanya. Kenapa?

Kenapa tidak? Saya saja hanya mencontreng orang yang namanya saya kenal, atau yang photonya meyakinkan 'ketok pinter' utawa 'emang isa kerja' pada baliho yang terpasang dimana-mana yang sudah merusak pemandangan bulan-bulan terakhir ini. Padahal tanpa ramainya baliho para caleg itu, pemandangan kota ini sudahlah nggak indah-indah amat... eh masih ketambahan lagi dengan papan reklame ini. Bikin pusing!

Belum lagi bila kita perhatikan satu-persatu wajah-wajah para caleg itu, ada yang culun, ada yang muddaaaa.... bangget, ada yang aneh, ada yang wajah kolusi, ada yang gugup, ada yang canggung, ada yang sok selebriti....muacem-muacem...Yah daripada jengkel kudu nonton beginian tiap hari yah dijadikan hiburan saja.

Tetapi dari pengalaman saya pada pemilu kemarin ini, saya sekarang percaya bahwa money politic, yah...yang ringan sih contohnya bagiin uang Rp. 50.000 ke tiap orang yang setor KTP agar milih si 'anu', itu bisa berhasil.

Saya termasuk yang dapat Rp 50.000,- an itu. Dengan niat semula hanya mau uangnya saja. Begitulah kebanyakan yang dikatakan oranag-orang yang kebagian uang pemilu begitu. Tapi nyatanya, di bilik suara yang lebih kecil dari kertas suaranya itu, dengan nama caleg yang seabreg-abreg untuk dipilih, yang saya tidak tahu apa orang-orang ini benar-benar capable atau tidak, akhirnya yang saya contreng, ya yang ngasih saya uang itu. Nah lho...!

Coba hitung saja, berapa banyak orang yang seperti saya. Istilahnya 'mbuh ra ruh'. Emoh pusing. Tipikal ibu-ibu.
Siapa bilang money politic akan dapat dihapuskan? Nggak bisa. Wong bisa berhasil nyatanya.

Saya bisa bilang saya cukup berpendidikan. Cantik-cantik gini sarjana. Dengan jabatan manager di kantor yang baru saja saya lepas 2 bulan ini karena ingin istirahat. Tetap saja saya emoh pusing dengan politik.

Ini sikap yang salah jelas, dan tidak pantas di tiru. Tapi inilah kenyataannya. Jadi bagaimana membangkitkan kesadaran orang-orang seperti saya ini yang bisa jadi jumlahnya banyak. Yang pasti saya jenuh dengar politik, jenuh dengan debat politik, jenuh dengan manuver-manuver yang dilakukan para politikus, tapi bagaimanapun dalam kehidupan kita ini kita tetap memerlukan mereka-mereka para politikus yang menjengkelkan itu.

Jadi emoh-emoh butuh. Cuek-cuek perlu.

Kalau saya sih jelas, bisanya cuma omong doang. Paling tidak dengan omong ini saya sudah mengurangi satu orang stress di dunia. Denger-denger banyak yang bakalan stress habis pemilu ini kan?