Beberapa hari terakhir ini aku belusukan di dunia maya mencari bermacam-macam informasi tentang kepenulisan. Sebenarnya aku mencari contoh cover letter. Tapi entah aku yang mencarinya ditempat yang tidak tepat, aku tidak menemukannya.
Aku malah masuk ke dalam bermacam-macam milis penulis. Macam-macam namanya. Aku tidak ingat. Kalau mau cari langsung aja surfing pake kata kunci menulis, atau penulis, atau apa saja yang berkaitan dengan tulis menulis.
Seperti yang kukatakan tadi, aku tidak menemukan contoh cover letter yang kuinginkan. Tetapi aku banyak mendapat informasi tentang penulisan, penerbitan, cara mengirim naskah, cara penulisan, semua hal yang bersangkutan dengan menulis, mengirim ke media atau menerbitkan buku. Beberapa malah mendapat masukan langsung dari editor suatu penerbitan, atau mendapat nasehat dari penulis yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan.
Tapi dari sekian banyak informasi yang kudapat itu, aku mendapat kesan sedikit sekali yang mengajarkan tentang MENGHARGAI DIRI SENDIRI yang pada gilirannya berarti kita akan menghargai orang lain. Kesan yang kutangkap dari tanya jawab di milis-milis itu penerbit/editor maunya dihargai. Walaupun sebenarnya mereka tidak salah. (Tentu saja setiap orang inginnya dihargai dan sudah seharusnya kita menghargai orang lain. Tetapi kalau kita tidak pernah diajar untuk menghargai diri sendiri bagaimana kita bisa menghargai orang lain).
Jelasnya begini, dan ini tidak hanya terjadi dalam dunia penulisan saja, tetapi dalam bidang yang lain juga. Orang kita umumnya kalau sudah hebat sulit menghargai orang lain. Umumnya, orang kalau sudah hebat terus sikapnya mentang-mentang. Mau ini itu. Cerewet dan pemilih. Tetapi sering kali dengan sikapnya itu lantas dia tidak dapat lagi menghargai orang lain. Maunya dia saja yang dihargai. Kalau sama orang mikirnya “who do you think you are?”.
Tentu saja setiap orang bebas bersikap seperti yang dia inginkan. Mungkin aku saja yang terlalu berharap. Too high expectation. Hanya saja menurutku, seharusnya justru dalam forum seperti milis-milis seperti itu kita bisa menularkan sikap saling menghargai tadi.
Sederhananya seperti ini. Ada orang yang memang punya bakat. Dia hebat. Kita menghargainya karena kehebatannya. Tetapi ada orang yang tidak punya bakat. Dia berusaha hebat. Kita menghargainya. Ada lagi orang yang payah. Pokoknya nggak ada bagus-bagusnya deh. Hasil karyanya juga payah. Seharusnya kita tetap menghargainya. Menghargai usahanya, mencari yang terbaik dari yang buruk. Bukan bersikap, wah ini buruk, lewatkan saja.
Sebenarnya saat aku belusukan itu, aku menangkap pesannya. Ya pesannya sama. Bahwa seharusnya kita menghargai orang lain dengan berperilaku yang pantas sehingga orang juga akan menghargai kita. Tetapi banyak sekali kiranya orang kita yang tidak tahu cara berperilaku yang pantas penuh sopan santun, atau ada yang merasa terlalu hebat sehingga dia merasa tidak perlu lagi menghargai orang lain dengan sikap yang santun.
Tetapi justru --dalam hal ini karena berbicara tentang kepenulisan--, orang-orang yang berada dalam posisi menentukan bisa mendidik bagaimana bersikap yang santun dalam berperilaku dalam dunia kepenulisan ini.
Sayangnya dari hasil belusukanku kemarin, kelihatannya tidak begitu. Para penentu juga mengambil sikap yang sama dengan orang yang tidak santun dengan sama-sama bersikap tidak santun. Kalau begini kapan ada yang bersikap santun?
Lalu mereka memberitahu, kalau mau diperhatikan begini lho seharusnya bersikap sama orang. Seandainya orang yang tidak santun membaca, kemudian tahu, kemudian karena merasa perlu, dia mengikuti pemberitahuan itu untuk bersikap santun, mereka akan melakukannya selama mereka perlu saja. Begitu mereka punya ‘gigi’ ya balik lagi ke sikap asal, tidak santun. Hanya sekarang posisi mereka berubah. Mereka orang hebat sekarang, jadi berhak dong mendapat penghargaan lebih….. Lalu maunya orang lain saja yang bersantun-santun dengannya. Lalu kapan masyarakat kita sadar untuk bersikap santun. Padahal mereka yang bergerak dalam bidang media punya akses yang kuat untuk mempengaruhi orang lain dan menyebar pesan yang baik. (Menyebar pesan yang buruk juga bisa, so watch out!)
Yah ini cuma rasan-rasan. Aku heran. Kok ketika aku belusukan ke milis atau web nya orang luar bahasa yang mereka gunakan sangat menyenangkan. Mereka menghargai semua pelaku proses kreatif, baik yang hebat maupun yang sangat tidak hebat. Everyone is appreciated.
Yah, tapi bisa jadi rasan-rasan ini lahir dari kondisiku yang biasa-biasa saja dalam dunia kepenulisan ini. Bukan orang hebat. Jadinya gerundelan di belakang. Ha…ha…ha……
Samarinda, 17 November 2006
No comments:
Post a Comment