June 18th 2006
Kemaren Bu Endang tetanggaku bertandang ke rumah. Baru pulang dari Yogya. Dia bercerita tentang keadaan anaknya yang kena gempa di Yogya. Bercerita tentang keadaan saudara-saudaranya yang lain yang juga terkena gempa. Dia menangis, berlinang air mata. Menceritakan terenyuh hati menyaksikan begitu banyak korban. Dan dia bercerita bahwa yang dapat dia lakukan hanya menghibur dengan mengatakan bahwa hal ini adalah ujian dari Tuhan.
Sampai di sini aku termangu. Ujian dari Tuhan. Ah, penghiburan yang kini tiada artinya bagiku.
Dia juga bercerita bahwa pohon-pohon di sekitar lokasi gempa seperti pohon melinjo, pohon pepaya tidak apa-apa. Tetapi rumah-rumah, pagar, bangunan tempat tinggal manusia semua hancur. Tidakkah kau merasa aneh?
Dengan pemahamanku yang dulu, aku akan menerima bahwa semua bencana ini adalah ujian dari Tuhan. Bahwa manusia sedang diuji keimanannya. Ini adalah cobaan semata yang harus dilalui oleh manusia.
Tetapi pemahamanku kini tidaklah seperti itu. Rentetan musibah yang terjadi itu adalah peringatan, proses pembersihan alam semesta. Dengan pemahamanku yang sekarang aku meyakini bahwa setiap apa yang kita jalani hari ini adalah karma dari apa yang telah kita lakukan di masa yang lalu. Jadi kalau kau berbuat hal baik, tidak ada satu bencana yang akan menimpamu.
Aku yakin dengan pemahaman baruku ini. Aku puas dengan jawabannya. Inilah keadilan yang sesungguhnya. Seringkali kita tidak bisa melihat segala sesuatu dalam kerangka yang lebih luas. Secara holistik. Kita melihat sepotong-sepotong. Lalu untuk menentramkan hati diberikanlah jawaban-jawaban yang tidak bertanggung jawab semacam -ini adalah ujian dari Tuhan-.
Masalahnya sekarang aku merasa sulit sekali untuk bisa bersimpati pada orang lain. Karena seharusnya kita tahu bahwa semua itu adalah akibat dari perbuatan kita sendiri. Kita menerima karma dari perbuatan kita. So what’s the problem?
Tetapi tentulah tidak begitu. Seandainya aku melihat langsung dengan mata kepalaku sendiri mungkin aku akan menangis sedih juga. Tetapi aku akan menerima hal ini sebagaimana adanya. Tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Tidak juga menyerahkan musibah ini sebagai ujian yang diberikan Tuhan. Ini hanya sekedar payback. Karma.
1 comment:
Apakah di alam ada ADIL dan TIDAK ADIL? Hal ini khan pemahaman manusia yg diterapkan pada segala sesuatunya. Alam semesta sudah ada 4,5 milyar tahun yg lalu; manusia baru ada beberapa ribu tahun lalu. Mana yg berkuasa dan mana yg sok berkuasa?
Bila ada bencana, manusia selalu kembali kepada Tuhan. Kenapa? Karena ini adalah cara mencari jawaban yg paling mudah. Entah baik atau buruk, Tuhan yg jadi kambing hitam atau kambing putih. Sebuah peristiwa geologi biasa dari sebuah planet di alam semesta (yg disebut BUMI) menjadi selalu dihubung2kan dg entitas yg gampang dicari.
Begitulah manusia. Mo cari gampangnya saja.
Post a Comment