Samarinda, 22 Agustus 2007
"Tahun ini tidak diadakan lomba-lomba dalam menyambut Hari Kemerdekaan, jadi tidak akan ada pula sumbangan dan lain sebagainya. Harap menjadi perhatian warga RT ..." begitulah bunyi selebaran yang kudapat dari Pak RT-ku.
Di komplek perumahan tempat kutinggal perayaan 17 Agustus berlalu seperti hari-hari biasa lainnya. Nothing special.
Sambil tercenung membaca selebaran itu aku sendiri bertanya-tanya dalam hati, apakah memang masih tersisa rasa nasionalisme di dada setiap warga negara Indonesia saat ini? Atau rasa itu sudah hilang lebur dalam kesulitan perjuangan hidup sehari-hari. Sehingga kemerdekaan maknanya tereduksi menjadi sekadar lomba bola volley atau panjat pinang dan balap karung saja.
Aku merasa menemukan jawabannya seminggu kemudian.
Kemarin suamiku pagi-pagi sekali memutar lagu. Awalnya hanya terdengar musik orkestra yang indah. Setelah masuk intro baru aku tahu kalau itu lagu Indonesia Pusaka. Sambil melakukan postur yoga seperti biasa kulakukan setiap pagi aku mendengarkan lagu itu. Dan lagu berikutnya dan lagu berikutnya. Ada Maju Tak Gentar, Bangun Pemudi Pemuda, Rayuan Pulau Kelapa, Syukur, Bagimu Negeri, Berkibarlah Benderaku, Mars Pancasila, Indonesia Raya, Hari Merdeka. Total ada 10 lagu.
Dadaku terasa bergemuruh, mataku panas berkaca-kaca. Ah..ah... aku rindu tanah airku. Agak aneh memang. Aku belum pernah bepergian jauh meninggalkan tanah airku -phisically- tapi aku sudah rindu padanya. Pertanda apa ini?
Dan aku tambah terharu sewaktu kutanya suamiku dari mana dia dapat lagu-lagu itu? Jawabannya : dari FSU - Florida State University. Aku bengong! Aku terkejut! Ndak salah nih........?
Aku tidak mencari tahu lebih jauh apakah itu hanya direkam di sana, atau dibuat mahasiswa Indonesia yang ada di sana, atau bagaimanalah ceritanya. Aku hanya heran dan merasa miris.
Aku berpikir tidak adakah komposer kita yang tergugah untuk mengolah dan meng-compose lagu-lagu (wajib) itu menjadi lagu yang indah dan merdu di dengar tidak hanya untuk diperdengarkan pada bulan Agustus saja (seperti halnya rekaman yang kudapat ini -penyanyinya suaranya indah dan musiknya bagus-). Tidak adakah stasiun TV kita yang tergerak untuk membuat acara yang dapat menggugah rasa kebangsaan dan kebanggaan seseorang terhadap negeranya daripada membuat sinetron konyol yang sama sekali tidak lucu dan tidak mendidik itu (tapi menghasilkan banyak uang sih.....).
Aku memutar lagu yang sama di komputerku di kantor keesokan harinya. Reaksi yang kudapat juga membuatku terharu. Teman-temanku ternyata juga rindu mendengarkan lagu-lagu itu. Mereka malah membawa cerita lain lagi. Bagaimana putra-putrinya yang bersekolah di SD, SMP dan SMA malah ada yang tidak hafal dengan lagu-lagu ini, boro-boro untuk menjiwai, kenal aja udah syukur. Nah lho....!
Kelihatannya pendidikan bela bangsa yang selama ini masuk kurikulum pengajaran selama bertahun-tahun telah gagal total. Sekarang yang tumbuh subur di sekolah-sekolah adalah sikap fanatisme yang diajarkan kepada murid melalui pendidikan agama. Budi pekerti direduksi menjadi berpakaian seperti salah satu ajaran agama (mayoritas tentu......!) membangun banyak tempat ibadah (agama mayoritas tentu....) dan merasa sudah berbuat baik dan sudah punya kavling di surga karena hal itu. Padahal fanatisme yang sama juga yang akan menggoyang rasa kebangsaan dan kebanggaan bernegara karena arahnya sudah jelas bo..... bahkan di beberapa email yang kuterima ada berita mengenai upaya yang dilakukan pihak-pihak yang ingin mendirikan negara islam indonesia.
Sedih...sedih....
Apa yang dapat kulakukan? Kenapa Presiden SBY diam saja? Takut kehilangan kekuasaan? Takut dicap tidak beriman? Atau yang lebih cilaka lagi nih orang-orang yang punya akses pada kekuasaan, yang mengatur orang banyak, pada ndak sadar ya... sudah diperalat pihak asing agar mereka dapat menguasai Indonesia, merampas, menjarah dan memperkosa Ibu Pertiwi. Dengan dalih agama sih..... makanya pada takut dibilang tidak beriman, kafir sesat tuh.....! Apalgi kalau diancam bakal masuk neraka..... wah...wah....
Jadinya malah pada menjelma jadi anak durhaka, bilang ibu pertiwinya tidak berbudaya, tidak berpakaian yang pantas sehingga harus dikerudungi dari atas sampai bawah. Mengira mereka yang paling bijaksana dan beruntung menista budaya nenek moyang yang adi luhung. Aduh Bunda..... semoga Kau memberkati mereka....
Dan karena lama tidak menulis, tulisanku jadi melantur.....kesana kemari.....pikiranku berseliweran menaburkan kepedihan hati.....memahat kata dengan keras melawan kemalasan diri untuk bersuara dan membela ibu pertiwi. Terlau banyak yang ingin disampaikan hingga tanganku tak kuasa untuk mengikuti.
Cukup sampai disini. Sembah sujudku untuk Ibu Pertiwi.
Bende Mataram !
No comments:
Post a Comment